Pages

Jumat, 21 Mei 2010

MMMMAAAALLLLUUUU!!!!!!


niadt'a mau ngledekint Novhie Asyifa..
eh mlh balik di kerjaint sma Tomi Luqman Hakim smpe ada prstwa "kejungkel"....
MALUNE ppoooollll......!!!!!
di liadtin bnyk anagh.
gara" kejadiant itu jari tgah saiia harus brbh warna sdkt mnjd biru merah....
...serta gra" kejadiant itu pula saiia di luruih sma bu anas gra" brisik sendiri....
anggep aja ini knangan di akhr masa pth bru di spenza.....


hahahahahaha...........
love u all my friend..
semogaqta akan terus bersahabat sepanjang waktu....

Kamis, 25 Maret 2010

acara doa bersama( UN )

hari ini terasa berbeda..
seperti pagi bisa'a..agku mandi dan bersiap siap untuk brgkat sekolah..
tapi tidak seperti hari jumat biasa'a yg menggunakan seragam pramuka...
tetapi kali ini agku memakai pakaian muslim..
karna hari ini di sekolah ada acara doa bersama dlm rgka UN klas 9 yg akan dilaksanakan beberapa hari lagi....
sesampai'a di sekolah agku ke kelas terlebih dahulu untuk mengecas hp qhu yg lowbat..
pda awal'a terlihat baru 1 anak yg datang..
setelah beberapa menit..
tibalah teman" qhu satui persatu..
setelah bel berbunyi,kami semua pergi ke aula untuk melaksanakan doa bersama yg di pimpin seorang ustadz..
selama acara berlangsung..seluruh siswa kelas 9 terlihat khusyuk membaca lantunan doa" yg dipanjatkan demi kesuksesan UN nanti..
setelagh acara doa bersama, dilanjutkan acara jabat tangan untuk meminta maaf & meminta doa restu kepada guru"..
pada awal'a berjalan dengan baigh. tetapi ketika berjabat tgn dgn teman" yg lain.
suasana menjadi berubah. suasana yg tdi'a bisa" sajja berubah menjadi menharu biru.
mungkin karna ikatan kekerabatn kami yg sudah kuat dan kami haruz berpisah sehingga mereka smw menangis...
tidak hanya meminta doa pda guru"..
agku dan teman" juga meminta doa pada adik" kelas qhu..
semoga dengan ada'a acara seperti itu..
kami semua termasuk agku dpt mengambil hal positif'a....

Rabu, 24 Maret 2010

heran????

agku heran akhir" ini sma kucingku...
tiap hari selalu di "apelin" sma pacar'a yg sesama kucink...
kedengaran'a lucu. tapi ini semua tuh nyata..
biasa"a pacar'a kucing qhu dluan yg nyamper kucing qhu..
trus abies itu mereka nangkring be2 di depan rumah...
tapi serink juga lho kucing qhu berantem sma pcr'a..
klo mereka berantem..
sasaran'a adalah ternit qhu..huptdh...
pernagh juga kucing qhu jadi rebutan sma kucink" yg ada di komplek rmh qhu..
jadi crita'a cinta segi 3.hahhahahahaha..
kucingku itu ceue.pernah dua kucink laki" berantem rebutan kucink qhu..
kucink qhu iia cuma menenk bae...
agku iia mandan iri iia sma kucingku dewek..
masa iank cma seekor kucink sering bgd diapelin..
sedangkan agku.manusia..
begh..boro" jadi rebutand...
hahahaii..
tapi agku bangga sma kucink qhu..
dy bisa jadi primadona komplek..
agku sebagai majikan hanya bisa terdiam meratapi nasib qhu iang tagh seberuntung kucingku..

Perjuangan seorang adik

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal
memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik... hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. " Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai
ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! "Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga!

Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan
sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.

Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sendoknya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Selasa, 23 Maret 2010

aiio berubagh!!!!

agku heran sma ulagh" mahasiswa indonesia iang sukka demo...
apa sy yg di dapet dari demo" yg g jelas...
bolehlah qt beraspirasi..tapi dengan cara yg lebih baegh lagi..
g perlu khan dengan cara anarkis..
merusak apa yg ada di deket'a....
ntar klo ada korban DEMO lagi..
jant..jant....
seharus'a mahasiswa itu belaJAR dengan baegh supaiia jadi orang yg berguna....
orang tua udagh susagh paiiagh banting tulank buwadt bisa sekolagh..
tapi malagh di sia"in gtu ajja..
aiio donk mahasiswa" indonesia..
jadilagh mahasiswa yg baegh..yg menuntut ilmu dengan sungguh"..
supaiia bisa bkin harum nma bangsa....
bolegh sesekali menyampaikan aspirasi'a..
tapi sekali lagi dengan cara yg baigh"..
bukan dengan cara yg seprti bukan anak terpelajar...
buktiin ke dunia..
bahwa indonesia punya org" terpelajar yg membanggakan...

Sabtu, 20 Maret 2010

tentank saiia...

SALAM SEJAHTERA!!!!

wahahahahaha...akhir'a saiia pnya blog jujja setelah menunggu beberapa lama....
kenalin..namaku Rionaldi Achri.P. temen" agko byasa manggil Rio.
agko baru 14 tahun.usia yang baru bisa di bilank remaja. hohohoho..
agko seorank pelajar di salah 1 SMP faforit di purwokerto. Tepat'a SMPN 1 PWT...
agko sangadt bersyukur bisa sekolah disana.Temen" bilank agko orang'a super duper jail...
selaen itu agko doiant bgt yg nma'a makan...wakakakakak
tapi agku g gemuk lho......
agku org'a juga supel dan mudah bergaul
wkwkwkwkwkwk...
untuk saat ini hanya segini dlu...
salam knal semua :).....

yahuu


I made this widget at MyFlashFetish.com.